Jumat, April 18, 2025

Gegara Penyakit Ini Impor Sapi Australia Ditunda Pemerintah

Must Read

JAKARTA, interakindo.com — Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) menangguhkan impor sapi dari empat fasilitas peternakan di Australia.

Penundaan itu dilakukan setelah terdeteksi secara klinis penyakit Lumpy Skin Diseases (LSD) pada hewan tersebut.

“Penangguhan ini dilakukan sampai dengan hasil investigasi temuan penyakit LSD lebih lanjut. Ekspor sapi hidup dari Australia tetap dapat berjalan dari 56 peternakan atau premises dari total 60 yang terdaftar,” kata Kepala Barantan Bambang di Jakarta, Selasa (1/8).

Secara kronologis, Bambang menjelaskan, pihaknya telah melakukan tindakan sesuai standar prosedur impor komoditas pertanian, yakni hewan yang masuk ke wilayah NKRI akan dilakukan tindakan karantina guna memastikan kesehatan dan keamanan.

BACA JUGA :   Kadin Siapkan Road Map Indonesia Emas 2045, Gambarannya Begini

Temuan penyakit LSD pada sapi impor setelah dilakukan tindakan karantina berupa pemeriksaan dokumen dan fisik sapi impor di atas alat angkut. Pemeriksaan di atas kapal oleh petugas Karantina Pertanian Tanjung Priok, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada 25 Mei-26 Juli 2023.

Kemudian, petugas memberikan tanda khusus pada sapi-sapi impor yang menunjukkan gejala klinis untuk selanjutnya dilakukan pengambilan sampel sesaat setelah bongkar dari alat angkut.

Dari hasil pemeriksaan laboratorium, positif terdeteksi LSD dan langsung dilakukan tindakan berupa pemotongan bersyarat yang diawasi oleh Dokter Hewan Karantina.

“Kami dapati temuan gejala klinis LSD pada sapi impor terus bertambah, karena itu kami putuskan untuk menangguhkan importasi dari empat fasilitas tersebut,” tambah Bambang, dilansir liputan6.com.

BACA JUGA :   DPW Asproksi Banten Dilantik, Siap Jangkau Seluruh Lapisan Masyarakat

Bambang menyampaikan, penyakit LSD tidak bersifat zoonosis atau menular kepada manusia. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh serangga, antara lain nyamuk, lalat dan caplak.

Penyakit ini menyerang sapi dan kerbau. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan dari awal infeksi sampai munculnya gejala klinis) penyakit LSD secara alamiah cukup lama, bahkan dapat mencapai lima pekan.

Jadi, penyakit tidak muncul secara tiba-tiba dalam waktu singkat 1-3 hari. Virus dapat bertahan di keropeng selama 33 hari, dan pada leleran mulut dan hidung selama 28 hari.

“Pada saat itu pula serangga berperan menularkan dari satu hewan ke hewan lainnya. Pencegahan dapat dilakukan dengan biosekuriti dengan desinfeksi dan desisektisasi yang ketat, serta vaksinasi,” terang Bambang.

BACA JUGA :   Kebijakan Ganjil-Genap di Jakarta Kembali Berlaku Normal

Saat ini, pemerintah terus melakukan koordinasi dengan pemerintah Australia melalui Department Agriculture, Fisheries and Forestry (DAFF), untuk menginvestigasi terhadap temuan LSD pada empat peternakan/premises yang ditangguhkan.

Dari data sistem otomasi Barantan, IQFAST, tercatat dari Pelabuhan Laut Belawan, Tanjung Priok, Lampung, Cilacap dan Bandar Udara Soekarno Hatta, jumlah sapi impor asal Australia di tahun 2022 berjumlah 303.867 ekor dan 153.384 ekor untuk periode 1 Januari-31 Juli 2023.

“Selaku otoritas karantina pertanian negara, Barantan memastikan sapi dan komoditas pertanian lainnya yang masuk ke tanah air harus dalam kondisi sehat dan aman,” tandas Bambang.***

- Advertisement -spot_img

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img
Latest News

Turnamen Billiard Antar Petugas Pemasyarakatan se-Jatim, Perwakilan Lapas Pamekasan

SURABAYA, INTERAKINDO – Fathorrahman yang biasa di panggil Pa’ong , pemain Billiard berbakat dari Lapas Kelas IIA Pamekasan, berhasil...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img