INTERAKINDO.COM – Jakarta, Pemerhati sepak bola Indonesia Taufik Jursal Efendi menilai sepak bola tidak sekadar olahraga, melainkan simbol kebanggaan dan identitas sebuah bangsa. Di banyak negara, kekuatan tim nasional sepak bola kerap disandingkan dengan ketangguhan militer, karena keduanya merepresentasikan disiplin, strategi, solidaritas, dan semangat juang yang tinggi demi mengharumkan nama negara di mata dunia.

Ketangguhan sebuah tim nasional bukan hanya terlihat dari kemampuan teknis pemain, tetapi juga dari mentalitas dan loyalitas terhadap bendera yang dibela. Hal ini tercermin dari sejumlah pesepak bola dunia yang dengan tegas mempertahankan kewarganegaraannya, meskipun memiliki peluang untuk berpindah negara demi kepentingan karier.

Contohnya, Gareth Bale yang sempat mendapat tawaran untuk berpindah kewarganegaraan demi membela Inggris, namun menolaknya dengan tegas. Bale memilih tetap membela Wales, negara yang ia sebut sebagai identitas sejatinya. Sikap serupa juga ditunjukkan legenda Manchester United, Ryan Giggs, yang sepanjang karier profesionalnya hingga pensiun tetap setia sebagai warga negara Wales.
Hal yang sama dilakukan oleh striker kelas dunia Erling Haaland, yang meskipun bermain di level tertinggi sepak bola Eropa, tetap memilih membela tim nasional Norwegia. Keputusan-keputusan tersebut menjadi bukti bahwa sepak bola bukan hanya soal prestasi, tetapi juga tentang kebanggaan nasional dan rasa memiliki terhadap tanah air.
Nilai-nilai yang melekat dalam sepak bola disiplin latihan, kepatuhan terhadap taktik, kekompakan tim, serta daya tahan mental memiliki kemiripan dengan prinsip ketangguhan militer. Keduanya sama-sama menuntut kesiapan fisik, mental, dan strategi untuk menghadapi tekanan serta tantangan di medan masing-masing.
Pandangan Taufik Jursal Efendi
Pemerhati sepak bola Indonesia, Taufik Jursal Efendi, menilai bahwa sepak bola sejatinya adalah cerminan kekuatan karakter suatu bangsa.
“Sepak bola adalah wajah bangsa di level internasional. Ketangguhan sebuah tim nasional tidak hanya lahir dari bakat individu, tetapi dari disiplin, sistem pembinaan, dan rasa nasionalisme yang kuat. Ini sangat mirip dengan konsep ketangguhan militer, di mana kekuatan kolektif jauh lebih penting daripada kehebatan perorangan” ujar Taufik.
Ia menambahkan, nasionalisme dalam sepak bola harus dibangun sejak usia dini melalui pembinaan berjenjang dan kompetisi yang sehat. Menurutnya, kesetiaan pemain terhadap negara adalah fondasi penting dalam membangun tim nasional yang kuat dan berkarakter.
“Ketika pemain membela negaranya dengan rasa bangga, maka yang diperjuangkan bukan hanya kemenangan, tetapi kehormatan bangsa. Itulah esensi sepak bola sebagai kebanggaan nasional” tambahnya.
Sepak bola dan ketangguhan militer sama-sama menjadi simbol kekuatan suatu negara. Di lapangan hijau, para pemain adalah duta bangsa yang bertarung membawa harga diri nasional. Oleh karena itu, membangun sepak bola yang kuat berarti membangun karakter bangsa yang tangguh, berdaulat, dan beridentitas jelas di mata dunia.



