Jakarta – Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, Asep Kuswanto, menegaskan bahwa udara Jakarta tidak mengandung amuba. Ia menjelaskan bahwa bakteri amuba memerlukan inang untuk hidup dan berkembang, dan tidak dapat mengambang bebas di udara. Asep menyayangkan pesan yang beredar viral itu. “Membuat masyarakat takut saja,”katanya dalam wawancara ekslusif bersama TEMPO di kantornya, Jalan Mandala, Cililitan, Jakarta Timur, Kamis (24/08/2023).
Pesan peringatan mengenai tingkat polusi udara saat ini di Jakarta telah menyebar di berbagai grup WhatsApp. Pesan tersebut mengaitkan polusi udara dengan risiko infeksi amuba yang dapat mengganggu sistem pencernaan. Pesan tersebut mengklaim bahwa udara yang sangat kotor telah menyebabkan banyak orang terinfeksi bakteri amuba melalui makanan dan minuman yang tidak bersih. Beberapa orang juga mengatakan bahwa jumlah orang yang terinfeksi amuba begitu banyak sehingga masker harus digunakan kembali. Pesan tersebut mengatasnamakan ‘info dr tmn yg krj di RSAL Mintoharjo.’
Menanggapi masalah ini, seorang ahli kesehatan, Ngabila, menjelaskan bahwa penyebab infeksi amuba biasanya berasal dari tangan yang terkontaminasi tinja. Untuk mencegahnya, ia menyarankan praktik mencuci tangan secara teratur dengan air mengalir dan sabun selama 20 detik atau menggunakan hand sanitizer. Selain itu, ia juga memberikan saran untuk menjaga kesehatan dalam menghadapi dampak polusi udara di Jakarta, seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), asma akut, bronkitis akut, pneumonia, jerawat, alergi kulit, dan masalah kesehatan lainnya. Upaya yang dapat dilakukan termasuk menghindari kegiatan di luar ruangan, menggunakan masker medis, menjalani imunisasi rutin, mempertimbangkan penggunaan air purifier, serta meningkatkan asupan vitamin C dan D3.