INTERAKINDO.COM — Kontroversi perjalanan umrah Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS, akhirnya di copot sebagai Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan. Partai mengambil langkah tegas setelah gelombang kritik publik dan laporan internal soal keputusan Mirwan meninggalkan daerahnya di tengah bencana.
Sekretaris Jenderal DPP Gerindra, Sugiono, menegaskan bahwa keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan tanggung jawab moral seorang pemimpin daerah.
“Oleh karena itu DPP Gerindra memutuskan untuk memberhentikan yang bersangkutan sebagai Ketua DPC Gerindra Aceh Selatan,” ujar Sugiono.
Ia juga menambahkan, “Sangat disayangkan sikap dan kepemimpinan yang bersangkutan, terutama ketika masyarakat membutuhkan kehadirannya.”

Masalah ini bermula dari banjir dan longsor yang melanda Aceh Selatan pada 24 November 2025, menimpa 11 kecamatan dan menyebabkan ribuan warga mengungsi. Situasi belum sepenuhnya pulih ketika Mirwan menandatangani Surat Ketidaksanggupan Menangani Banjir dan Longsor pada 27 November, sebuah dokumen yang menyatakan bahwa pemerintah kabupaten tidak mampu menangani bencana tanpa dukungan provinsi dan pusat.
Pada 1 Desember, Mirwan mengunjungi pos pengungsian di Trumon Raya dan menyerahkan seluruh gaji pribadinya sejak menjabat sekitar sembilan hingga sepuluh bulan kepada korban banjir. Tindakan itu sempat menuai apresiasi, meski hanya berlangsung sehari sebelum keputusan kontroversial berikutnya.
Masalah besar mencuat pada 2 Desember 2025. Di hari yang sama ketika Pemkab menerima surat dari Gubernur Aceh yang menolak izin perjalanannya, Mirwan ternyata sudah terbang ke Tanah Suci bersama istrinya untuk melaksanakan umrah. Keberangkatan itu terjadi saat banjir dan pengungsian masih berlangsung di sejumlah wilayah termasuk kawasan Trumon, memunculkan pertanyaan publik: apakah izin itu benar-benar diminta atau hanya diberitahukan?
Pelaksana Tugas Sekda Aceh Selatan menjelaskan bahwa Mirwan dijadwalkan menjalani ibadah umrah selama sepuluh hari, dari 2 hingga sekitar 12 Desember 2025. Namun hingga 5 Desember, saat polemik makin meluas, Mirwan dan istrinya masih berada di Tanah Suci.
Mirwan sendiri menyebut perjalanan umrahnya adalah nazar pribadi dan bahwa penanganan bencana telah diatur oleh tim di lapangan. Pernyataan itu tidak sepenuhnya meredakan kritik, terutama karena publik menilai seorang pemimpin seharusnya tetap berada di daerah saat status tanggap darurat masih berjalan.
Gerindra memutuskan untuk segera mencopot Mirwan dari jabatan struktural sebagai langkah menjaga citra partai. Sementara itu, Kemendagri tengah mengkaji aspek administratif terkait izin perjalanan ini, yang dapat membuka proses evaluasi lanjutan terhadap posisinya sebagai bupati.
Di tengah polemik tersebut, warga Aceh Selatan terus berfokus pada pemulihan pascabencana, sementara nasib politik Mirwan kini menjadi sorotan nasional.



